Jogja dan Cerita kami
- Clarissa Euvenia
- Sep 11, 2020
- 7 min read
Updated: Sep 26, 2020
Kali pertama naik kereta Sancaka yang pada saat itu sudah dibagusin menuju ke kota yang terkenal dengan Bakpia nya ini. Jogja. Kembali lagi saya menyempatkan diri saya untuk merekam perjalanan kami berempat ke sana.
Sesampainya di Jogja, terik matahari sudah membuat saya tidak bisa menegakkan kepala saya sama sekali. Panas dan ah tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Kami memesan kendaraan online, yang jauh lebih mudah di dapatkan daripada di Bali.
Perjalanan kami di Jogja dimulai siang itu, saat mobil online membawa kami memasuki jalan Malioboro yang sudah penuh sesak dengan kendaraan-kendaraan lain juga. Jelas Jogja tengah ramai, waktu itu masih suasana liburan bagi anak anak sekolah. Sudah mepet mepet mau back to school, sedangkan aku yang sudah kuliah masih santai-santai haha.
Kami diturunkan di depan mall, karena gang penginapan kami tidak jauh dari sana. Kami berjalan menyusuri gang untuk ke Hotel. Saat sudah masuk hotel, kami masih check in karena belum jam nya. Sehingga kami menitipkan barang-barang kami ke resepsionis lalu pergi keluar lagi dibawah matahari yang sudah menyengat menuju destinasi pertama kami yaitu House of Raminten.
House of Raminten (Jl. Faridan M Noto No.7, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta)
House of Raminten adalah salah satu tempat makan dan juga bisa dibilang sebuah atraksi wisata bagi para turis lokal ataupun asing. Lokasinya ada di hook jalan, jadi cukup terlihat dari jauh. Saat sampai di sana, banyak sekali orang yang mengantri.

Bisa dibilang tempat ini cukup sempit untuk menampung banyak tamu, sehingga dalam hal mengantri pun sampai diberi ruang tunggu dan harus daftar nama supaya nanti bisa diantar ke meja. Serasa masuk ke tempat-tempat yang mewah dan harus reservasi, bedanya di sini tempatnya jauh dari kata mewah. Ornamen-ornamen khas jawa ada di dalamnya, termasuk patung si Raminten sendiri yang laris manis jadi spot foto para pengunjung. Kami memesan dan harus segera membayar kepada pelayan yang sudah berdandan ala abdi dalem kerajaan.
Setelah puas makan kenyang, kami yang sudah bingung mau ke mana akhirnya memustuskan pergi ke Mall. Sepertinya sama saja seperti waktu di Semarang, kami membuang-buang waktu kami di Mall karena sudah tidak tau mau ke mana.
Mall Malioboro (Jl. Malioboro No.52-58, Suryatmajan, Kec. Danurejan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Kami kembali ke Malioboro lalu ke Mall. Tepat di tempat awal kami di drop off. Waktu masuk, kami sudah di sambut beberapa tenant yang berjajar rapi di tengah mall. Ya sekedar lihat-lihat saja sih, sekaligus mencari udara dingin. Jogja sangat panas saat itu, sehingga Mall adalah salah satu solusi untuk mendinginkan badan. Kami pergi membeli beberapa makanan kecil, minuman, lalu kami juga pergi ke supermarket. Sejujurnya di banding ke tempat butik, saya lebih suka ke supermarket, entah mengapa saya lebih suka melihat barang-barang seperti buah, sayur, snack, minuman, dkk daripada baju-baju.

Sudah puas mendinginkan badan, kami memutuskan untuk keluar. Lagi pada saat sudah mulai sore, kami berjalan menyusuri Malioboro sampai ke pasar Beringharjo. Sayangnya kami tidak bisa berlama lama di pasar yang terkenal dengan jajanan pasarnya itu, karena pada saat kami masuk, hanya tersisa beberapa menit sebelum semua toko di dalamnya tutup. Kami pun tidak ke sana lagi bahkan hari-hari berikutnya.
Kami melanjutkan perjalanan kami, ke arah alin-alun Lor. Kalau di alun-alun sendiri sebenarnya pada jam itu sudah kosong dan jarang pengunjung. Lapangan alun-alun yang luas dengan adanya 2 pohon beringin yang tegak berdiri agak jauh dari arah kami tiba membawa memori kami sewaktu dulu ke Jogja pada saat saya masih kecil.

Keadaan sekitar sudah semakin gelap, kami melipir ke pinggir alun-alun. Kami makan dulu di sana sebelum akhirnya memutuskan untuk menyusuri Jogja Kota lebih jauh. Kami memesan kendaraan online dan menempatkan tujuan kami berikutnya di Tugu jogja. Kami hanya foto foto sebentar di sana. Sebenarnya kami sendiri juga tidak berlama-lama di Tugu, karena jalanan ramai dan agak berbahaya jika berlama lama di sana.
Gudeg Pawon (Jalan Janturan UH/IV No.36, Warungboto, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Dari sana, perjalanan kami belum berakhir. Kalau ke Jogja dan tidak makan Gudeg itu seperti ada yang kurang ya. Nah jadilah kami pergi ke salah satu tempat yang menjual Gudeg, dan cukup viral di kalangan pelancong, Gudeg Pawon. Sungguh lokasinya berada di jalan yang kecil lalu bangunannya juga hanyalah berupa rumah. Bukan bangunan yang dikhususkan untuk restoran atau warung begitu, tapi benar-benar rumah.
Waktu kami tiba di sana Gudeg pawon masih belum buka, kami menunggu sekitar 40 menit di pelataran belakang, dekat ‘pawon’. Tapi jujur saja, keviralan gudeg pawon ini ternyata tidak bisa memuaskan lidah kami. Ekspektasi kami terlampau tinggi untuk gudeg pertama yang kami nikmati di Jogja. Tidak sampai 30 menit kami melahap Gudeg tersebut, kami selesai dan memutuskan untuk kembali ke penginapan.
Esoknya kami bangun pagi-pagi benar untuk melakukan perjalanan menuju Bantul. Nah dari sini kami sudah tau mau ke mana saja, karena kami hanya planning di hari itu. Sisanya benar-benar mengalir. Perjalanan kami dimulai sekitar pukul 7 pagi dan sampai di lokasi sekitar jam setengah 10. Lokasi pertama yang kami datangi adalah Seribu Batu Songgo Langit.
Seribu Batu Songgo Langit (Jl. Hutan Pinus Nganjir, Sukorame, Mangunan, Dlingo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)

Tempat ini menyediakan banyak spot foto yang terbentuk dari kayu-kayu dan batu yang ditata sedemikian rupa membentuk tangga, jalan dan rumah-rumahan. Ada jalan setapat yang bisa kami susuri untuk menuju ke salah satu spot puncak, namun di tengah jalan kami memutuskan untuk berhenti, terlebih setelah medengar seorang wisatawan yang sampai di sana namun tidak menemukan apapun yang menarik.
Jurang Tembelan (Mangunan, Dlingo, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta)

Kamipun tidak lama di tempat itu dan segera melanjutkan perjalanan kami ke tempat berikutnya. Ternyata tidak terlalu jauh, akhirnya kami sampai di Jurang Tembelan Kanigoro. Di sini pula hanya ada warung-warung kecil dan beberapa spot foto. Kami tidak menemukan sesuatu yang menarik di sini sehingga tidak berlama-lama di tempat tersebut.
Kebun Buah Mangunan (Jl. Imogiri - Dlingo, Sukorame, Mangunan, Dlingo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Melanjutkan perjalanan lagi, kali ini ke Kebun Buah Mangunan. Mungkin kami datang di musim yang salah, karena di sana sangat gersang dan hanya ada beberapa spot foto. Mobil yang kami sewa juga melalui jajaran kebun-kebun buah yang hanya terlihat hijau saja. Sepertiya benar-benar tidak sedang berbuah. Bahkan di pasar yang menghadap ke arah jurang pun tidak menjual banyak ragam buah. Saya mendengar karena memang bukan musim panen jadi lokasi ini jarang didatangi pengunjung. Waktu itu sedang sepi dan kami pun juga hanya sebentar di sana. Yah jadinya ya zonk.
Puncak Becici (Gunungcilik, RT.07/RW.02, Gn. Cilik, Muntuk, Dlingo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Puncak becici adalah tempat yang direkomendasikan bapak supir untuk kami. Kami sama sekali tidak berencana ke sana. Waktu sampai kami langsung disamput dengan gerbang selamat datang yang terbentuk dari kayu-kayu. Tempat ini lebih menarik dari yang sebelum-belumnya. Ada spot foto, tempat outbound, lalu sepperti ada kursi-kursi yang dibentuk setengah lingkarang mengarah turun denga nada sebuah panggungan di tengah. Tempat ini benar-benar rindang dan nyaman.
Tebing Breksi (Unnamed Road, Gn. Sari, Sambirejo, Kec. Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Dari rindangnya pepohonan, kami pergi ke wisata Tebing Breksi. Di sini sangat berdebu, ya jelas, batuan kapur tertata dengan di beri ukiran-ukiran menjadi daya Tarik wisata. Sayang saja tempat ini tidak menyediakan hal menarik lain untuk kami bisa bertahan lama di sana. Selain panas, tempat ini juga hanya menyediakan spot foto yang kurang lebih sama dengan tempat-tempat yang kami kunjungi sebelumnya.
Karena panas juga, akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri perjalanan kami di Bantul sembari mencari makanan untuk kami jadikan makan siang-sore kami.
Bakmi Mbah Gito (Jl. Nyi Agengnis No.9, Rejowinangun, Kec. Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Saya tertidur karena lelah sehingga tidak mengetahui bahwa mobil yang kami tumpangi berhenti di salah satu jalan yang tidak cukup besar. Di salah satu sisi terdapat bangunan yang terbuat dari kayu-kayu, sedikit berantakan, tapi mungkin sengaja dibuat seperti itu. Bakmi Jowo Mbah Gito adalah tempat yang kami pilih untuk mengisi perut kosong kami. Bakmi Jowo yang dihidangkan di sana, baik yang kuah ataupun goreng sangatlah nikmat. Itu benar. Bakmi ini benar-benar membuat kami ingin kembali ke Jogja. Satu porsi sudah cukup mengenyangkan, ditambah lagi harganya yang affordable membuat kami jadi ketagihan.
Sudah kenyang, kami melanjutkan perjalanan kami kembali ke kota besar. Karena belum berakhir jam sewa kami, kami akhirnya blusukan untuk mencari Rujak es krim.
Rujak Es Krim Pak Paino (Purwokinanti, Pakualaman, Yogyakarta City, Special Region of Yogyakarta)
Sebenarnya banyak yang menjual makanan lezat ini, tapi kami diarahkan ke lokasi Rujak es krim pak paino. Perpaduan rasa rujak dan es krimnya sangatlah nikmat. Harganya juga cukup murah, sehingga ini bisa masuk di list recommended side dish!
Museum Jogja Kembali (Jl. Ring Road Utara, Jongkang, Sariharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Museum Jogja kembali adalah destinasi yang juga ditawarkan pak supir pada kami. Saat tiba di sana, entah antara sudah buka atau belum tapi sangat sepi. Ada beragam lampion yang berjajar dan siap untuk dinyalakan saat malam tiba. Mungkin dari sini bisa dipahami bahwa museumnya sudah tutup tetapi rekreasi lampionnya baru saja akan dibuka. Kami beerfoto-foto di sana dan bermain permainan tradisional, lalu kami juga bisa memberi makan ikan dengan membayar 2000-rupiah satu bungkus. Memberi makan ikan lebih menyenangkan dari bermain ternyata haha.
Gudeg Bromo (Jl. Affandi No.2-A, Santren, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Setelahnya kami dikembalikan ke Hotel dan kami istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan kami dengan memesan mmobil online ke Gudeg bromo. Salah satu Gudeg yang banyak di rekomendasi mahasiswa-mahasiswa, karena letaknya tidak jauh dari kampus-kampus ternama di Jogja. Nah. Kalau Gudeg ini benar-benar sesuai dengan selera kami! Harga yang lebih murah, dan rasa yang lebih savory. Selepas dari Gudeg bromo, kami kembali ke hotel dan melepas penat kami malam itu.
Gudeg Mbah Lindu (Sosrowijayan St No.30, Sosromenduran, Gedong Tengen, Yogyakarta City, Special Region of Yogyakarta)
Pagi-pagi buta kami sudah bersiap untuk berjalan menyusuri jalanan Malioboro yang sepi. Tujuan kami kali ini bisa ditempuh dengan kaki, karena tidak jauh. Gudeg mbah lindu adalah List Gudeg terakhir yang kami ingin coba. Sayangnya pada saat kami sampai di sana, antriannya sudah meluber. Sehingga kami harus menunggu agak lama untuk dilayani.
Kami membungkus Gudeg tersebut dan makan di hotel. Untuk gudeg ini sendiri benar-benar gudeg tradisional yang cenderung manis dibanding gudeg-gudeg lain yang sudah saya coba. Karena saya bukan berasal dari daerah Jawa Tengah atau Jogja, kami lebih memilih rasa yang savory dan pedas. Kami tidak bisa menemukan itu di Gudeg mbah lindu. Sehingga kami hanya bisa mengatakan lumayan untuk Gudeg ini.
Tamansari (Wisata Taman Sari Jalan Tamanan, Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Selesai menyantap sarapan, kami segera bersiap-siap untuk keluar lagi. Ini hari terakhir jadi kami sekalian packing. Setelah packing, kami menitipkan barang kami lalu pergi ke destinasi berikutnya yakni, Tamansari. Entah mengapa saya sendiri tidak bisa terlalu menikmati perjalanan saya di Tamansari. Di sana ada pemandu yang akan menjelaskan banyak hal untuk kami dan kami bisa membayar mereka dengan sukarela. Saya hanya ingat panas dan debu, saya kelelahan juga. Jadi di Tamansari saya tidak bisa mendapatkan apa apa. Hiks maafkan!
Museum Benteng Vredeburg (Jl. Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Selepas ke Tamansari kami mampir ke Museum benteng vredeburg. Sekedar melihat-lihat barang sejarah di sana. Ada setidaknya beberapa ruangan yang bisa kami datangi silih berganti, seperti menyambung. Melihat bagaimana perjuangan pahlawan di tanah Jogja. Untung saja saya suka jalan-jalan di Museum ya hehe.
Saya dan sekeluarga juga sempat jalan-jalan di Malioboro sebelum ke Stasiun. Membeli oleh oleh, makan es krim dan pizza. Liburan di Jogja pun berakhir setelah kami mengambil kembali barang-barang kami dari hotel. Selanjutnya kami meluncur ke Stasiun dan kembali pulang ke rumah. Yah itu adalah cerita kami selama di Jogja.
Sampai Jumpa lagi Kota Pendidikan!
Comentarios